Chaptered · FanFiction

[Chaptered] Bloody School (Chapter 5)


bsc

Bloody School (Chapter 5)

Written by DkJung

Main Casts : [Miss A] Bae Sooji | [F(x)] Jung Soojung

Support Casts : [15&] Bae Yerin | [GOT7] Im Jaebum | [EXO] Oh Sehun | [15&] Park Jimin | [SNSD] Kim Taeyeon | [2PM] Jang Wooyoung | [Infinite] Kim Myungsoo, and others.

Genre : thriller, horror | Rated : Teen | Length : Chptered | Disclaimer : the idea was inspired by a novel ‘Bleeding Survivor’

“…”

It’s just about a young girl who wants to take a revenge to her ‘beloved’ friends.

“…”

“Chapter 5…”

“Aku tahu siapa yang membunuh Junhong, Saem,” ujar Jaebum.

Taeyeon mulai tertarik dengan maksud Jaebum menemuinya. Tanpa berlama-lama menunggu, ia pun memutuskan untuk langsung bertanya pada muridnya itu.

“Apa kau yakin? Siapa dia?” tanya Taeyeon penasaran.

“Dia adalah–“

SONSAENGNIM!” seru Jimin yang tiba-tiba sudah berada di pintu ruang guru.

“Jimin-ah?” ucap Taeyeon yang tengah terkejut.

“Jinyoung sekarat, Saem!”

Mwo?”

Tanpa menunggu aba-aba dari siapapun, Taeyeon, Jaebum, dan Jimin langsung berlari menuju ke tempat kejadian yang dimaksud dengan Jimin yang berlari paling depan. Begitu sampai di koridor tempat kejadian, Jimin terkejut. Ekspresi yang sama ditunjukkan oleh Yerin, Sehun, dan Sooji.

Mwoya? Yerin-ah, dimana Jinyoung?” tanya Jimin kebingungan.

Di sana, tidak ada Jinyoung, Sooji dan Soojung.

“Sebenarnya apa yang baru saja terjadi? Semua kelihatan baik-baik saja,” ucap Taeyeon.

Sonsaengnim pasti tidak akan percaya walaupun aku menceritakannya dengan sejujur mungkin. Ini semua tidak masuk akal,” ucap Yerin yang mulai menangis.

Taeyeon hanya bisa mengerutkan dahi. Ia tidak mengerti dengan perkataan Yerin. Apa yang terjadi dengan murid-muridnya belakangan ini? Kenapa banyak hal tidak diinginkan terjadi?

“Kalian semua, ikut aku,” ucap Taeyeon seraya meninggalkan murid-muridnya yang masih shock.

“…”

“Jinyoung sudah mati?!” tanya Taeyeon terkejut.

Yerin, Sehun, dan Sooji hanya bisa mengangguk. Sementara Yerin menangis dan Sehun mulai cemas. Jaebum yang melihat hal itu mulai tegang.

“Kalian pasti berbohong. Mana buktinya?”

“Kami tidak berbohong, Saem, mana mungkin kami berbohong tentang kematian sahabat kami sendiri?” ucap Jimin.

“Apa kasus ini sama dengan pembunuhan Junhong?” tanya Taeyeon lagi.

“Sama, Saem, bahkan lebih parah lagi,” jawab Sehun.

“Lalu dimana mayat Jinyoung sekarang?”

“Itulah yang ingin kami ceritakan pada Sonsaengnim. Soojung menghilang bersamaan dengan mayat Jinyoung,” jawab Yerin.

Taeyeon terkejut mendengar jawaban Yerin. “Maksudmu, Soojung yang membunuh Jinyoung?”

Ne, Saem. Dan aku yakin dia juga yang membunuh Junhong,” jawab Sehun.

Keurae, begitu juga dengan Jinri dan Hayoung,” tambah Yerin.

Taeyeon semakin bingung. Kalau selama ini pelakunya adalah salah satu muridnya, Soojung, kenapa kejadian pembunuhan yang dilakukan gadis itu tidak pernah sekalipun tertangkap CCTV? Sungguh tidak masuk akal. Pasti ada yang tidak beres.

“Begini, aku dan Jang Sonsaeng sudah sering memeriksa CCTV bahkan berkali-kali, tetapi tidak pernah ada hal aneh terjadi, apalagi pembunuhan. Bahkan, kejadian hari ini, tidak terekam CCTV sama sekali. Yang terekam hanya kalian bertiga yang berdiri terdiam, bahkan sejak awal rekaman, Jinyoung dan Soojung sudah tidak ada,” jelas Taeyeon.

“Aku akan memberi tahu Sonsaengnim sesuatu, tetapi Saem pasti tidak akan percaya,” ucap Yerin.

Gwenchana. Apa itu?”

“Soojung itu hantu.”

Taeyeon terdiam sesaat. Ia mencoba mencerna perkataan Yerin yang sangat tidak masuk akal sedikitpun. Ini zaman modern, apa masih masuk akal percaya akan hal itu?

“Kau bercanda? Hantu itu tidak ada, Yerin-ah,” ujar Taeyeon.

“Benar, kan apa kataku? Sonsaengnim tidak akan percaya sampai akulah yang mati karena menjadi korbannya.”

“Baek Yerin! Kau tidak boleh berkata seperti itu! Tidak akan lagi ada korban, tidak pada murid-muridku. Aku akan sebisa mungkin berusaha untuk mencegah ini semua. Kami pihak sekolah akan melakukan penyelidikan.”

“Sampai kapan? Sampai hantu itu menampakkan dirinya di hadapan Sonsaengnim?”

“Apa yang dikatakan Yerin benar, Saem, aku dan Sehun juga pernah melihatnya saat membunuh Junhong,” tambah Jaebum.

Taeyeon semakin bingung. Ia bingung harus mempercayai perkataan muridnya atau tidak. Ah, mungkin mereka hanya sedang panik dan tertekan karena teman-teman mereka banyak yang meninggalkan mereka akhir-akhir ini. Karena pembunuhnya belum juga ditemukan, mereka berasumsi bahwa pembunuhnya adalah hantu, sangat tidak masuk akal.

Keunde, Sonsaengnim, bukankah sebelumnya, jasad Jinri, Hayoung, dan Junhong terekam CCTV? Hanya pembunuhnya saja, kan yang tidak terekam? Itu berarti memang benar, pembunuhnya adalah hantu, karena bayangan hantu tidak akan berada di cermin, apalagi sampai tertangkap kamera,” pikir Sehun.

Mendengar perkataan Sehun, Taeyeon tidak bisa menyalahkan. Ucapan Sehun mungkin saja benar, ya, karena memang masuk akal. Tetapi, apa benar bahwa Soojung itu hantu?

“Mungkin Sehun benar, tapi, bagaimana bisa hantu itu adalah Soojung?” tanya Taeyeon. Tetapi, belum sempat satu orang pun murid menjawab, pintu ruang konseling sudah diketuk dari luar.

“Masuk,” ucap Taeyeon.

Semua orang terkejut begitu engetahui yang baru saja mengetuk pintu itu memasuki ruang konseling. Orang itu, Bae Sooji.

Joisonghaeyeo, Sonsaengnim, aku pasti mengganggu, keunde, aku baru saja melihat Jinyoung gantung diri di pohon halaman belakang sekolah!” ucap Sooji panik.

Mwo?”

“…”

“Jinyoung-ah,” gumam Jimin yang masih tak percaya menatap tubuh Jinyoung tergantung lemas di dahan pohon yang cukup tinggi itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Maldo andwae!” seru Jaebum. Ia tidak percaya sahabatnya bisa sampai bunuh diri.

“Ini semua hanya kebohongan, ini semua rekayasa!” ucap Yerin.

“Yerin-ah, tenanglah,” ucap Taeyeon.

Sonsaengnim, ini semua bohong! Aku melihat sendiri bahwa Jinyoung itu dibunuh oleh Soojung, bukan bunuh diri! Sooji dan Soojung sudah merencanakannya! Mereka berdua bersekongkol, Saem!”

“Bagaimana bisa kau menuduh temanmu sendiri tanpa adanya bukti?” tanya Taeyeon.

“Mereka bukan temanku!”

Melihat Yerin yang begitu tertekan menghadapi kematian temannya satu persatu, membuat Sooji tersenyum. Ia ingin Yerin merasakan bagaimana rasanya kehilangan teman-temannya.

“Kau sendiri yang memintanya, Baek Yerin,” gumam Sooji pelan sambil menatap Yerin tajam.

“…”

Jimin membuka lokernya untuk memasukan beberapa buku paket pelajaran. Tak sengaja, ia melihat fotonya bersama dengan Jinyoung yang ia tempel di pintu lokernya. Jimin merindukan Jinyoung, ia rindu sosok jenaka sahabat lelakinya itu. Sudah dua hari sejak kepergian Jinyoung. Ketika sedang sibuk memandangi foto, Jimin teringat akan sesuatu. Ia pun segera mengambil ponsel dari dalam saku jas seragamnya.

Yeoboseyeo?” ucap Jimin begitu teleponnya sudah diterima.

“Jimin-nie?”

Ne, Eomeoni, ini aku, Jimin. Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?”

“Tentu saja, kau tidak perlu khawatir. Ya, walau pada awalnya, sulit menerima kepergian anak lelakiku satu-satunya, tapi mau bagaimana lagi?”

“Aku turut merasa bersalah, seharusnya aku bisa menjaga Jinyoung, mianhae.”

Gwenchana, kau jangan menyalahkan dirimu sendiri, aku sudah ikhlas menerima kepergian Jinyoung, kau tidak perlu meminta maaf.”

Keunde, Eomeoni, bagaimana jika ternyata Jinyoung bukan meninggal karena bunuh diri?”

“Apa maksudmu? Apa ada penyebab lain? Apa ada yang membunuhnya? Atau alasan lain?”

“Sebenarnya ada–“

Ucapan Jimin terpotong begitu sosok Soojung yang tengah tersenyum tiba-tiba berjalan mendekatinya. Jimin langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan ibu Jinyoung. Keringat dingin mulai membasahi pelipis Jimin. Senyuman Soojung sungguh mengerikan sekalipun wajahnya cantik.

Mwoya? Kau mau apa? Pergi sana!” ucap Jimin sambil melangkah meninggalkan Soojung, namun, tangan Soojung dengan cepat menahan tangan Jimin.

Eodiga?” tanya Soojung.

“Bukan urusanmu, lepaskan aku!”

“Aku tidak bisa melepaskanmu, kau baru saja akan memberitahu ibu Jinyoung bahwa pembunuhnya adalah aku, bukan? Bagaimana bisa kau setega itu menuduhku? Semua teman-temanmu juga menuduhku, kenapa kalian jahat sekali?”

“KAULAH YANG JAHAT, JUNG SOOJUNG! KAU AKAN MEMBUNUH KAMI SEMUA!”

PLAK

Soojung menampar pipi Jimin begitu keras hingga pipi tembam gadis itu memerah.

“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu sementara penjahat sebenarnya adalah kau? Apa kau pikir selama ini kau tidak pernah bersikap jahat pada seseorang? Apa kau pikir selama ini kau adalah orang baik? Kalau kau merasa begitu, sebaiknya kau tidak takut mati.”

“Kau, sebenarnya apa maumu?! Kau tidak akan membunuhku, kan?”

“Aku tidak bisa membiarkan orang-orang jahat dan egois seperti kalian hidup! Kalian harus mati!”

Soojung mendorong kepala Jimin untuk masuk ke dalam lokernya sendiri. Ia lalu menutup secara paksa loker tersebut dengan keadaan kepala Jimin berada di dalamnya. Ia terus melakukannya secara berulang-ualng hingga leher mulus Jimin berubah menjadi lecet, berdarah bahkan robek karena pintu loker tersebut terbuat dari besi. Jimin berteriak kesakitan namun tak ada seorang pun yang mendengarnya hingga dirinya tak mampu untuk berteriak lagi. Soojung tidak lelah dan terus membuka tutup pintu loker hingga kepala Jimin nyaris putus. Tentu gadis itu tidak akan berhanti hingga kepala Jimin benar-benar putus. Darahnya sudah menyiprat ke lantai.

“Bagaimana bisa orang-orang tak berperasaan seperti kalian menyebutku penjahat? Bagaimana bisa orang-orang jahat seperti kalian menyebut korban sebagai orang yang bersalah? Kalianlah penjahatnya!”

BRUK

Tubuh Jimin ambruk begitu kepalanya sudah terputus. Kealanya tetap di dalam loker, sementara tubuhnya tergeletak lemas di lantai.

“Jangan pernah salahkan aku,” ucap Sooji yang tengah memperhatikan dari jauh.

“…”

Yerin menghela napas ketika menyadari bahwa Jimin sudah tidak ada di bangkunya. Apa gadis itu sudah pulang? Tapi ia berjanji akan pulang bersama Yerin. Kemana perginya dia? Bagaimana bisa ia meninggalkan Yerin?

Heol. Apa Jimin sudah pulang? Mana bisa dia meninggalkan aku?” gumam Yerin sembari membereskan buku-buku pelajarannya lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia menyisakan buku paket untuk dimasukkan ke dalam lokernya nanti.

Setelah membereskan bukunya, ia berjalan keluar kelas menuju koridor tempat dimana lokernya berada. Namun, ada pemandangan yang mengejutkan di sana.

BRUK

Yerin reflek menjatuhkan semua buku-buku paket pelajaran yang tadinya hendak ia masukkan ke dalam loker begitu melihat kondisi orang yang tengah ia cari, Park Jimin. Sungguh mengenaskan kondisi gadis itu. Tanpa kepala. Yerin langsung jatuh terduduk sambil menatap tubuh Jimin yang tergeletak tanpa kepala dengan darah yang menyipat di sekitarnya.

Omo! Jimin-ah!” seru Yerin histeris sembari menutup mulut dengan kedua tangannya. Tangisannya mendadak pecah.

Andwae! Bagaimana bisa kau mengambil Jimin?! Jangan ambil Jimin! Jimin-ah!” tangis Yerin.

“Kau tidak akan meminta maaf padaku, Baek Yerin?”

Yerin lansung menghentikan tangisnya begitu ia mendengar suara Sooji. Ia lalu menoleh ke belakang. Benar saja, Sooji tengah berdiri di belakangnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Melihat hal itu, Yerin langsung bangkit dari duduknya dan menghapus air matanya.

Mworagu?” tanya Yerin.

“Aku akan memberimu kesempatan, sebelum kau gilirannya.”

Neo micheoseo? Kaulah yang harus meminta maaf karena telah membunuh teman-temanku!”

“Aku tidak membunuh mereka.”

“Jelas-jelas kau melakukannya! Aku tahu selama ini kau bersekongkol dengan Soojung, iya kan?”

“Aku hanya memberikan kalian apa yang pantas kalian dapatkan.”

Yerin memutar bola mata lalu melipat kedua tangannya di depan dada. “Mwo?”

“Pernahkah kalian berpikir bagaimana rasanya jadi aku? Aku dulu adalah bagian dari kalian, kalian memperlakukanku dengan sangat baik, kalian bilang kalian sahabatku dan kalian menyayangiku. Keunde jigeum, hanya karena masalah kecil, hanya karena aku menolak perasaan Jaebum, kalian tega menyiksaku habis-habisan. Apa yang ada di pikiran kalian semua? Terutama kau! Setidaknya dulu aku masih punya Jinri dan Hayoung, tapi kau mempengaruhi mereka juga agar tidak mau berteman lagi denganku, benar kan? Sebenarnya siapa yang jahat? Aku, atau kau, Baek Yerin?” tutur Sooji yang perlahan mulai mengeluarkan air matanya.

“Kau pasti sudah kehilangan akal sehatmu.”

Keurae, kalau memang aku menjadi gila, ini semua karena kalian! Kalian orang-orang terjahat yang pernah kutemui! Kalian semua terkutuk! Sekolah ini terkutuk!”

Uljima, Sooji-ya,” ucap Soojung yang tiba-tiba sudah berada tak jauh dari Sooji dan Yerin. Soojung lalu berjalan mendekati Yerin.

“Mau apa kau ke sini? Belum puas kau membunuh Jimin? Apa kau juga mau membunuhku?!” gertak Yerin.

Soojung hanya tersenyum tipis. “Aku tidak akan membunuhmu sekarang, mungkin nanti, bila saatmu telah tiba. Mian, aku sudah berjanji pada Sooji akan membunuh kalian semua, dan janji ini tidak bisa kuingkari. Aku tidak akan berhenti hingga kalian semua mati.”

“Kalian berdua memang gila! Aku akan melaporkan kalian pada kepala sekolah!”

“Silakan saja kau laporkan kami, kau bahkan tidak punya satupun bukti pembunuhan yang aku lakukan, bukan?” tanya Soojung sambil menyeringai.

Pelipis Yerin mulai mengeluarkan peluh dingin. Ia melirik ke arah mayat Jimin yang sudah tidak memiliki kepala itu. Tanpa sadar ia mulai membayangkan bagaimana Soojung akan membunuhnya nanti. Jujur saja, ia merasa takut ketika Soojung berkata gilirannya akan tiba. Hidupnya seolah tidak tenang lagi.

“…”

Seperti biasa, Sooji pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Tapi kali ini, ia tidak sendirian. Sebuah mobil berhenti di sampingnya. Pengemudi mobil itu lalu menurunkan kaca mobil, memperlihatkan wajahnya.

“Bae Sooji-ssi?”

“Kim Myungsoo-ssi?”

Myungsoo tersenyum. “Rumah kita kan searah, naiklah ke mobilku.”

“Ah, tidak usah repot-repot.”

Gwenchana, kali ini turuti saja kemauanku, anggap saja sebagai imbalan karena aku telah menyelamatkanmu saat pingsan di jalan. Kau masih ingat, kan?”

Aneh, bukankah ini sama saja aku menambah hutang budiku padanya? Pikir Sooji.

Ya, jangan melamun dan cepatlah naik!”

Karena tidak tahu harus bagaimana menolak tawaran Myungsoo, akhirnya Sooji pun memilih untuk menerimanya, ia lalu naik ke mobil Myungsoo dan duduk di sebelah kemudi. Setelah itu, mobil Myungsoo tak berjalan begitu lama karena memang rumah mereka tidak jauh lagi. Sesampainya di depan rumah Myungsoo, Myungsoo tidak menurunkan Sooji melainkan menyuruh agar gadis itu masuk ke rumahnya dulu.

“Kenapa kau tidak menurunkanku?” tanya Sooji.

“Minumlah dulu di rumahku,” ucap Myungsoo sembari turun dari mobilnya. Sooji langsung menyusul lelaki itu.

Keduanya lalu masuk ke rumah Myungsoo. Sooji duduk di sofa ruang tamu sementara Myungsoo pergi ke dapur untuk membuat teh. Awalnya, Sooji hanya diam sambil menunggu Myungsoo hingga akhirnya ia menemukan sesuatu yang menarik di lemari buku milik Myungsoo yang diletakan di ruang tamu. Buku Tahunan SMA Hwayeon.

Kenapa Myungsoo bisa punya buku itu? Apa buku itu miliknya? Atau milik orang lain yang ia simpan? Karena penasaran, Sooji pun beranjak dari sofa tempat ia duduk untuk mengambil buku tahunan itu. Namun sayangnya, suara langkah kaki Myungsoo membuatnya harus kembali duduk dan mengurungkan niatnya.

“Ini tehnya,” ucap Myungsoo. Sooji hanya tersenyum. Ia kembali memandang buku tahunan itu dari jauh dengan penuh rasa penasaran.

“To be continued…”

Maaf banget baru update setelah sekian lamalamalamanya kena writer’s block. Maaf juga kalo chapter ini kependekan, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tetap tinggalkan komentarnya yaaaa, aku lanjutin ff ini karena semangat baca komentar dari kalian semua :’)

Terimakasih sudah membaca!

9 thoughts on “[Chaptered] Bloody School (Chapter 5)

  1. Berasa nonton film horor sungguhan, heheee…. Keadaan lah yang membuat suzy putus asa hingga akhirnya meminta bantuan hantu untuk membunuh mereka2 yang jahat padanya, geutchi:>
    Hwating ne thor;)

  2. Akhirnya dilanjutin juga, stelah menunggu sekian lama.. Makasiihh thor, ceritany tetap dilanjut 🙂
    Jangan2 Myungsoo angkatan Soojung yaah? Pnasaran deh..
    Dtnggu banget next chapny

  3. sadis sih, tapi gak terlalu. Malah aku seneng mereka dapet ganjarannya. Siapa suruh jahat banget sama orang, baru deh ngerasain penyesalan diakhir. Penasaran aku, kenapa myungsoo nyimpen buku itu ya, apa dia murid sekolah itu atau yang lainnya. Ditunggu nextnya thor

  4. Wah,seru banget ff nya .. Btw belum dilanjut yah ?? penasaran banget.. ditunggu kelanjutannya ya 🙂

Leave a reply to vani Cancel reply